Sabtu 9 Februari, sentra gerabah desa Penujak lahir kembali. Di tajuk acara ‘Reborn Desa Penujak’, tradisi turun temurun warga desa mengolah tanah liat menjadi gerabah hidup kembali. Event re-launching ini dihadiri dihadiri Dirjen Ekonomi Kreatif Dra Poppy Savitri, Direktur Kementerian Industri RI Iman Haryono, Gubernur NTB Dr Zulkiflimansyah, eksekutif pemkab Loteng, Kadispar Provinsi NTB, juga awak media online pun offline.
Kelahiran kembali desa Penujak sebagai salah satu sentra gerabah Lombok, menambah lengkap pilihan destinasi wisata. Khususnya di Lombok Tengah, dan turut meramaikan destinasi wisata yang bisa dikunjungi selama Bau Nyale 2019.
Pesan Khusus Gerabah Terbaik Desa Penujak
Dirjen Ekonomi Kreatif, Dra Poppy Savitri menyampaikan bahwa relaunching Penujak Pottery Village diharapkan mampu mengembalikan semangat perajin gerabah desa Penujak yang sebenarnya. Di kelahiran baru ini, ia juga percaya produk gerabah desa Penujak bisa bersaing dengan produk sejenis, baik di dalam mau pun luar negeri. Sebagian pesan konstruktif yang ditekankan di sambutan seremonial relaunching.
Senada dengan itu, Gubernur NTB Dr Zulkiflimansyah juga menyatakan dukungan aktif pemprop. Gubernur akan membantu mempromosikan produk-produk gerabah warga, baik ke para anggota dewan, juga warga elit NTB lainnya. Tentunya dengan standar gerabah yang dihasilkan di kualitas terbaik.
“Target pasar juga harus jelas dan terarah. Jika produk diinginkan sebagai spot foto, buatlah gerabah yang unik dank has. Jika khusus untuk dijual, sesuaikan dengan permintaan klien,” urai gubernur.
Gerabah Desa Penujak Tradisi Turun Temurun
Pesan-pesan baik tersebut di atas memecut semangat warga desa Penujak. Seperti terwakilkan di pernyataan L Suharto, Kepala Desa Penujak.
“Kerajinan gerabah merupakan keahlian turun temurun warga Penujak. Melalui acara hari ini, kami harapkan pemerintah lebih membantu memasarkan produk-produk gerabah, lebih luas lagi,” demikian sebagian pernyataan L Suharto (Sabtu, 9/2).
Telah lama eksis sebagai sentra gerabah, sebagian produk gerabah warga dipamerkan selama acara. Bahkan, set kursi undangan VVIP, menggunakan produk gerabah. Demikian juga hiburan di seremoni launching. Tarian Gerabah ditarikan Dedare (gadis) Penujak, dari kelompok seni Sanggar Tari Rahayu.
Semakin unik, karena barisan penyambut tamu, memakai Dodot dan Lambung. Dodot dan Lambung merupakan busana khas suku Sasak Lombok. Dodot dikenakan para Terune (lelaki), sementara Lambung dikenakan para Dedare.
Siap Dukung Bau Nyale 2019
Desa Penujak sendiri, satu di antara beberapa sentra gerabah yang ada di Lombok. Selain desa Banyumulek di Lombok Barat, desa Masbagik dan Pringgasela di Lombok Timur. Kelahiran kembali Penujak Pottery Village, pelengkap destinasi wisata selama event Bau Nyale 2019. Kunjungan ke desa ini bahkan bisa dipadukan dengan paket wisata Bau Nyale, misalnya.
Sentra gerabah Desa Penujak terhitung cukup dekat dari venue utama Bau Nyale 2019. Lokasi berjarak sekitar setengah sampai satu jam berkendara, baik dari Bandara Internasional Lombok (BIL), maupun kawasan KEK Mandalika. Seperti diketahui, sebagian besar ragam acara Bau Nyale 2019 dilaksanakan di area KEK Mandalika.
Selamat atas kelahiran kembali Penujak Pottery Village. Penanda semakin lengkapnya destinasi wisata Lombok. Tentu juga menambah warna baru produk gerabah khas Lombok.