Pulau Bungin ?
Mungkin ada di antara kita yang masih asing atau yang sudah sangat familiar dengan nama pulau ini. Pulau yang menjadi settingan tempat dalam sebuah cerita novel karya Terre Liye yang berjudul Tentang Kamu. Menceritakan kehidupan masa kecil Sri Ningsih di sebuah pulau yang bernama Pulau Bungin. Menjadi anak yatim piatu dan mengalami keadaan yang memprihatinkan semenjak tinggal bersama ibu tirinya yang sangat kejam. Bagi yang sudah membaca novelnya, pasti sudah mengenal pulau ini.
Pulau Bungin berasal dari kata Bubungin yang artinya tumpukan pasir. Pulau ini terletak di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Seiring dengan berjalannya waktu, pulau ini sudah menjelma menjadi pulau terpadat di dunia. Untuk menempuh perjalanan dari Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat, kita hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit. Sedangkan bagi yang dari Kota Sumbawa Besar, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan jarak tempuh kurang lebih 70 kilometer.
Menurut sejarah, dulunya pulau ini adalah sebuah pulau berpasir yang masih kosong dan hanya ditumbuhi tanaman bakau. Semenjak Suku Bajo dari Sulawesi Selatan datang dan menetap disini, pulau ini berubah menjadi pulau yang berpenghuni dan mendapatkan julukan pulau terpadat di dunia. Bahkan untuk membangun rumah, warga yang sudah siap menikah harus mencari tumpukan batu karang yang sudah mati sebagai pondasi rumah panggung yang akan mereka bangun. Oleh sebab itu luas dari pulau ini akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya para penduduk yang membangun rumah panggung disini.
Ada lagi yang menjadi perhatian. Kambing disini memiliki kebiasaan makan kertas dan koran dikarenakan di pulau ini gak ada rumput atau tanaman lain yang tumbuh. Untuk diperhatikan, bila kita berniat memberikan makanan kepada kambing, jangan pernah beri mereka tissue karena serat tissue gak bisa diserap oleh sistem pencernaan kambing. Unik bukan ?.
Untuk menuju pulau yang penduduknya sebagian besar dari Suku Bajo, Sulawesi Selatan ini, kita tidak perlu susah payah bertanya sana-sini. Sudah ada jalan tanah yang menghubungkan Pulau Bungin dengan Pulau Sumbawa. Beda saat beberapa tahun yang lalu, kita hanya bisa menuju pulau ini menggunakan perahu kayu dari Pelabuhan Alas, Kabupaten Sumbawa.
Saat melintas di jalanan sempit, dikiri-kanan deretan rumah-rumah panggung dengan keramaian penduduk yang lagi berkumpul, senyum mereka sangat ramah dan welcome kepada para tamu yang sedang melewati rumah mereka. Para tamu pun bisa berinteraksi dengan mereka.

Apa saja yang bisa kita temukan di Pulau Bungin ?
Kita bisa berkeliling kampung yang sebagian besar rumah penduduknya yaitu rumah panggung dari kayu. Disini juga ada museum nelayan Pulau Bungin dan yang menariknya lagi, kita bisa mencoba berbagai macam kuliner khas Pulau Bungin di resto apungnya.
Untuk menuju resto apung, kita bisa menggunakan perahu boat yang sudah disediakan di Pelabuhan Bungin sisi bagian timur. Untuk yang menggunakan kendaraan, kita bisa menitipkan kendaraan kita di pelabuhan.
Gak terlalu lama menunggu, kita segera menuju ke tepi dermaga dan menaiki sebuah perahu boat yang akan mengantarkan kita menuju resto apung. Cuaca cerah, langit biru dan air laut yang tenang menemani kita saat menuju resto apung.
Warga Pulau Bungin sangat ramah terhadap pengunjung yang akan menuju resto apung. Senyum dan keramahan mereka membuat kita tersenyum saat menyapa salah satu warga yang sedang asyik berenang di sekitaran dermaga yang memiliki air yang sangat jernih. Untuk harga sewa perahu boatnya sudah satu paket sama masakan yang kita pesan di resto apung. Jadi tinggal naik saja dan menikmati pemandangan sekitaran Pulau Bungin.

Kurang lebih 5 menit menyeberang dengan jarak 500 meter dari dermaga, akhirnya perahu yang membawa kita sampai juga di resto apung. Rumah makannya terlihat sederhana, tidak banyak hiasan-hiasan yang mencolok. Yang membuat terkesan dengan rumah makan ini, tempat duduknya tidak ada kursi atau meja, semuanya serba lesehan.
Meskipun berada di tengah laut, antara Pulau Sumbawa dan Pulau Bungin, tidak ada ombak sedikitpun. Sangat tenang dan angin laut yang sepoi-sepoi menyapa kita saat tiba di resto apung. Mencari tempat bersantai yang nyaman dan dapat melihat pemandangan Pulau Bungin.
Banyak hal yang dapat kita lakukan saat berada di resto ini, antara lain; berfoto di keramba bersama hewan laut, bermain kano yang sudah disediakan oleh pihak pengelola resto, serta bercengkrama sambil menunggu hidangan yang telah dipesan datang.


Siapa yang mengelola resto apung ini ya?
Ada warga Pulau Bungin yang kreatif membangun sampai mengembangkan resto apung ini. Disamping membuat resto apung, bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, pengelola membangun budi daya ikan dan keramba sekaligus menjadikan tempat ini sebagai konservasi keanekaragaman laut.
Resto Apung ini dibuat dari beberapa tabung plastik yang disambung satu persatu menjadi sebuah keramba. Khusus untuk rumah makannya dipasang papan kayu di atas tabung plastik dan diberikan atap agar terhindar dari hujan dan terik matahari yang menyengat, sehingga bisa untuk tempat duduk, tempat masak, tempat makan layaknya rumah makan lesehan.
Khusus di bagian keramba, dibawahnya dipasang jaring-jaring dan ditebarkan bibit ikan dan hewan laut lainnya seperti kura-kura dan kepiting karena sekali lagi selain rumah makan, tempat ini dijadikan tempat konservasi keanekaragaman laut. Jadi selain kulineran, kita bisa juga belajar mengenal dan mempelajari keanekaragaman hewan laut disini.
Ada juga tempat untuk berfoto eksis, dimana ada sebuah papan kayu bertuliskan “Resto Apung, Pulau Bungin”. Disitulah setiap pengunjung yang datang kesini mengambil foto, dari gaya biasa sampai gaya anak muda milenials.
Di bagian timur resto, ada dua bangunan yang sudah jadi. Informasi dari pelayan resto, bangunan tersebut adalah penginapan yang khusus dibangun untuk para pengunjung yang ingin menginap disini. Kulineran sambil menginap, sepertinya asyik. Bolehlah kita coba di lain kesempatan.


Tujuan utama kesini yaitu kulineran sambil menikmati alam Pulau Bungin. Masakan yang bisa dipesan antara lain ; Ikan Bakar Kerapu, Pelecingan Ikan Kerapu, Pelumara ( Ikan Bumbu Kuning ), Sepat Ikan Kerapu ( Masakan khas Suku Bajo dan Suku Bugis ), Kepiting Bumbu Asem Manis dan masih banyak juga lainnya. Soal cita rasa tidak perlu diragukan lagi kelezatannya.
Soal harga setiap menunya tidak perlu khawatir. Harga masih standar dan tidak jauh beda dengan rumah makan lainnya. Semua kalangan terjangkau, termasuk yang hanya punya modal pas-pasan saat traveling. Makan bareng di resto apung bersama pengunjung lainnya merupakan pengalaman baru yang tidak terlupakan.
1 comment
Seger banget lihat kepiting sama ikan bumbu kuninynya.
Nikmati alam sambil kulineran itu memang asik yaa.