Tunak, Lombok. Field Trip TWA Tunak menjadi kegiatan di hari ketiga, dari rangkaian pelaksanaan (South East Asia Biosfer Reserve Network) SeaBRnet 13th Meeting Lombok. Aktifitas langsung di alam terbuka dan terpusat di Teluk Ujung TWA Tunak, menjadi pembuka dari acara sehari penuh, Rabu (17/11, 2021).
Usai dari Teluk Ujung, sekitar 30 peserta tiba kembali di Perumpung (kawasn penangkaran), dimana terdapat pula Penangkaran Rusa, Kupu-Kupu dan sebagian satwa burung. Di sini, tiga narsum menyampaikan sambutan-sambutan terkait kegiatan SeaBRnet dan penjelasan umum terkait TWA Tunak sendiri.
Joko Iswanto, Kepala BKSDA NTB mengungkapkan TWA Tunak siap memberikan alternatif paket wisata yang lebih dekat dengan alam. Konsep wisata berbasis kemasyarakatan yang telah terbangun, bisa berkolaborasi pula dengan pariwisata berkelanjutan, meski berada kawasan konservasi.
“Aturan baku terkait pemanfaatan lahan konservasi selalu maksimal kita jaga. Misal, dari 1000 hektar lahan, area yang boleh dibangun tak boleh lebih dari 10%. Pakem ini menjadi harga mati,” tegasnya di momen press conference.

Kepala BKSDA NTB dan Takabonerate mencoba Peresean.
TWA Tunak seluas 312,02 hektar telah menjadi Taman Wisata Alam berdasarkan SK Menhut No 439/Kpts-II/1997 per tanggal 4 Agustus 1997.Perluasan 624 hektar diputuskan pada 28 Januari 1998 dengan SK Menhut No.52/Kpts-II/1998. Data luas terbaru, berdasarkan kegiatan penataan batas dengan dasar SK Menhut no. 598/Kpts-II/2009, total TWA Tunak menjadi seluas ± 1.217,91 hektar.
Di sambutan berikutnya, Uus Danu sebagai Co Director Korea Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC) menyatakan komitmen dukungan pada setiap pengembangan konsep berwisata di TWA Tunak. Misal, pada field trip hari ini, diperkenalkan Forest Healing, Sand Beaches Massage Therapy, juga aktifitas lingkungan seperti pelepasan tukik, pemberian makan rusa dan elang, atau pelepasan ular.
“Konsep pariwisata ini cukup unik, juga tetap selaras dengan pariwisata berbasis kemasyarakatan dan bahkan juga pariwisata berkelanjutan. KIFC selau responsive dengan pengajuan dari beragam pelatihan SDM, baik dari lingkar masyarakat di dekat TWA Tunak sendiri, kelompok-kelompok masyarakat seperti Tunak Besopok atau sinergi dengan kelompok lainnya,” urainya panjang lebar.
Terkait kendala sinyal yang masih terjadi di area Perimpung atau pun Teluk Ujung sendiri, Kadispar Lombok Tengah (Loteng) Lendek Jayadi menegaskan hal tersebut adalah kendala ‘Low Signal’.
“Update terakhir dari Kominfo, menyebutkan taka da blank spot area di Loteng. Namun, ternyata saat ini, tak ada satu pun sinyal internet yang bisa kita akses selama berkegiatan. Masalah ini sebaiknya segera ditemukan solusi terbaiknya. Apalagi generasi digital memang sangat perlu segera mengabarkan kondisi terkini kepariwisata kita. Salah satunya ya ragam kegiatan kita bersama SeaBRnet hari ini,” jelas Kadispar dalam nada positif.
Rate Wijaya, GM Tunak Cottage, menggambarkan sebagian teknis dari konsep pariwisata for healing yang akan segera ditawarkan Tunak Cottage dan TWA Tunak.
“Sebelum melakukan paket wisata ini, wisatawan akan dipastikan dengan detail kondisi tubuhnya. Bukan seperti standar prokes pandemic yang umum, namun akan juga diukur skala stress mereka, sehingga nantinya jenis terapi alam yang diberikan juga menyesuaikan dengan hasil tersebut. Namun, tentu kami masih membutuhkan dukungan pengetahuan dari para expert. Nah, ke depan, SDM yang terkait dengan semua proses pelayanan paket wisata ini, akan kami berikan pelatihan yang sesuai,” ungkapnya.

Kepiah Tunak, produk Ekraf yang bisa menjadi oleh-oleh unik.

Pesona wisata alam Tunak, salah satu magnet utama TWA Tunak dan Tunak Cottage
Kembali ke TWA Tunak sendiri, ragam atraksi alam yang bisa dinikmati, diantaranya: Camping Site, Deer Feeding Rusa Timor, Pusat Ekologi Kupu-Kupu, Hiking dan Soft Trekking, Jungle Trek, Gili Penyu Trekking, serta Nirwana Point. Terapi pasir sendiri adalah kebiasaan turun temurun masyarakat adat kawasan Gunung Tunak. Terapi ini dipercaya menimbulkan refleksiology otomatis yang sangat bagus bagi tubuh yang penat beraktifitas.
Rangkaian kegiatan SeaBRnet 13th Meeting Lombok masih dilanjutkan dengan Virtual Tour yang dipandu tim BKSDA NTB, berlokasi di hall utama Tunak Cottage. Total 100 peserta yang terbagi di tiga titik, mengikuti rangkaian acara secara hybrid. Sebagian menikmati beragam aktifitas offline, sebagian besar lainnya mengikuti secara online. Total peserta adalah 19 Bioserve Reserve se-Indonesia dan 54 negara anggota Bioserve Reserve, seperti Rusia dan Jepang.
Penulis: Muslifa Aseani – Humas GenPI Lombok Sumbawa