Festival Kite 2019 Berhasil Mewarnai Langit Pulau Lombok

by LazwardyGenpi
Pak Jailani dari Desa Kelebuh

Teriknya matahari gak menyurutkan semangat bapak-bapak tangguh, peserta Lomba Layang-Layang Hias yang digelar oleh Dinas Pariwisata Lombok Tengah. Event satu tahunan ini bertajuk Festival Kite 2019 dalam rangka memeriahkan Ulang Tahun Kabupaten Lombok Tengah yang ke-74.. Gimana keseruannya, simak terus ceritanya !

Tepat Hari Minggu, tanggal 20 Oktober 2019 Genpi Lombok Sumbawa (Genpi LS) diundang Dinas Pariwisata Lombok Tengah untuk menghadiri event yang sudah digelar memasuki tahun ketiga. Ini pertama kalinya tim Genpi LS diundang dalam Festival Kite 2019. Mendengar undangan ini, saya pun antusias untuk ikut dalam tim liputan. Setelah diputuskan, akhirnya kami bertiga (saya, Bunsal dan Bang Toni) berangkat menuju lokasi acara yang bertempat di Pantai Tanjung Aan.

Siapa yang gak mengenal Pantai Tanjung Aan. Pantai yang memiliki daya tarik gak jauh beda dengan Pantai Kuta Mandalika. Pantai Tanjung Aan bertetangga dengan Pantai Kuta Mandalika dan Pantai Seger yang memiliki panorama alam bisa buat kita jatuh cinta bila datang kesini.

Pantai Tanjung Aan berada di sebelah timur Pantai Kuta Mandalika dan merupakan salah satu kawasan tempat berlangsungnya MotoGp 2021 yang akan datang. Keren kan, pantai secantik ini akan berada dalam kawasan sirkuit Mandalika dalam ajang balapan motor nomor satu di dunia ini.

Memiliki pasir putih, perbukitan yang eksotis dan angin laut yang sangat cocok sekali dijadikan tempat untuk bermain layang-layang.  Tepat di depan lapangan  Pantai Tanjung Aan, lokasi diadakannya lomba layang-layang hias.

Tepat jam 9 pagi, Festival Kite 2019 dimulai. Kite berasal dari bahasa Sasak yang berarti layang-layang. Total peserta yang berjumlah 25 orang dengan semangatnya menerbangkan layang-layang andalan mereka. Meskipun terik matahari sangat menyengat, tapi mereka semua terlihat bahagia ketika layang-layang andalan terbang dengan gagahnya di langit Pulau Lombok.

Salah satu peserta yang berhasil saya ajak ngobrol  bernama Pak Jainal. Beliau merupakan warga asli dari Desa Kelebuh, Kecamatan Praya Tengah. Pak Jainal ini adalah peserta yang paling heboh. Meskipun umurnya sudah menginjak 58 tahun, beliau terlihat energik dan joget sepanjang lomba. Ketika layang-layang jagoan Pak Jailani terbang dengan gagahnya, beliau berjoget khas tarian Sasak ketika mendengar musik gamelan Sasak pula. Sorak-sorai penonton juga turut meramaikan ajang lomba.

Dalam penuturan Pak Jailani, sejak berumur 16 tahun beliau sudah membuat layang-layang. Lebih dari 100 layangan hias yang sudah beliau buat. Dalam lomba ini, beliau membuat layang-layang burung dari rotan bamboo dan kain sarung lhoo. Baru kali ini saya melihat layang-layang yang dibuat dari kain sarung. Layangan burung ini berhasil Pak Jailani buat dengan mengeluarkan biasa hampir 300 ribu dengan lama pengerjaan hanya tiga hari. Terbilang cukup murah dan terlihat hasilnya cukup memuaskan dan keren.

Tapi sayang, Pak Jailani gak berhasil keluar jadi pemenang lomba. Meskipun begitu, semangat dari sosok Pak Jailani harus kita contoh. Semangat tinggi beliau sampai sekarang ini untuk melestarikan seni layang-layang hias untuk dipertontonkan kepada orang banyak di tengah arus teknologi modern yang sangat canggih. Sehat terus Pak Jailani. Tetap semangat melestarikan dan mempertahankan seni layang-layang hias

Sekitar jam 12 siang, panitia mengakhiri jalannya lomba. Semua peserta sudah menunjukkan atraksi layang-layang hias andalan mereka masing-masing. Sejauh ini saya cukup puas dan senang. Semua laying-layang hias yang ditampilkan memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing. Semuanya keren dan terbang dengan gagah di langit Pantai Tanjung Aan.

Foto bersama dengan para pemenang Festival Kite 2019

Foto bersama dengan para pemenang Festival Kite 2019

 

Setelah beberapa menit beristirahat, panitia lomba mengumumkan pemenang Festival Kite 2019.  Juara ketiga jatuh kepada Pak Saher dari Desa Kelebuh, Kecamatan Praya Tengah dengan layang-layang bernama Layang-layang Rajawali. Juara kedua jatuh ketangan Pak Ilmi dari Desa Kelebuh juga dengan layang-layang bernama  Layang-layang Rajawali. Nah, untuk juara pertama tahun ini diraih oleh Pak Abdul Manan dari Desa Kelebuh juga dengan layang-layang bernama Burung Hantu.

Hadiah untuk juara pertama sebesar Rp. 7.500.000, juara dua Rp. 6.500.000 dan juara ketiga Rp. 5.500.000,-. Selamat kepada para pemenang. Semoga tahun depan bisa mempertahankan kemenangan dengan layang-layang yang lebih keren lagi.

Dalam penutupan, Kabid Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwisata Lombok Tengah, Lalu Zulfa Halim memberikan beberapa pesan kepada para peserta dan tamu undangan yang hadir. Dalam pesannya, beliau berharap di tahun depan, peserta membuat layang-layang yang bervariasi. Gak hanya bentuk burung saja, tapi bentuk-bentuk yang lainnya.

“Pariwisata ini gak hanya laut, bawah laut, air terjun dan Gunung Rinjaninya saja, tapi mari kita warnai langit Pulau Lombok ini dengan layang-layang “, penuturan Lalu Zulfa Halim di akhir pesannya.

 

Penulis  : Lazwardy Perdana Putra

You may also like

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.